Pertama Kali, Kota Magelang Raih Kota Paling Toleran
KOTA MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.COM - Riset Indeks Kota Toleran (IKT) menobatkan Kota Magelang sebagai kota paling toleran se-Indonesia. Kota dengan luas 18,53 kilometer persegi itu berada di urutan keenam, kota paling toleran. Pencapaian ini, menjadi kebanggaan tersendiri bagi Pemkot Magelang. Walikota dr Muchamad Nur Aziz mengaku prestasi ini adalah andil semua komponen yang mampu melakukan lompatan dari tahun sebelumnya. ”Kota Magelang tahun lalu jadi satu-satunya kota yang tidak masuk 10 besar. Tapi tahun ini kita melompat, masuk di 6 besar se-Indonesia,” katanya. Adanya pencapaian itu, kata Aziz, merupakan peran dari masyarakat yang senantiasa bertoleransi tingkat tinggi. Menurutnya, beragamnya agama, ras, dan budaya di wilayah Kota Sejuta Bunga itu bukan menjadi penghalang untuk bersikap saling menghargai. Dari hasil riset IKT oleh SETARA Institute, disebutkan Kota Magelang menempati posisi 6 dengan meraih skor 6.020. Kota Magelang mengungguli Kota Ambon di posisi 7 (5.900), Bekasi posisi 8 (5.830), Surakarta posisi 9 (5.783), dan Kediri posisi 10 (5.733). Adapun 5 besar ditempati Singkawang posisi 1 (6.483), Manado (6.400), Salatiga (6.337), Kupang (6.337), dan Tomohon (6.133). Aziz menyebutkan, komponen penilaian yang menjadi daya unggul Kota Magelang adalah Program Magelang Agamis (Programis) yang sudah dideklarasikan di kampung-kampung. ”Saya harap prestasi ini jangan dijadikan kepuasan, melainkan semangat lagi untuk tetap bertoleransi,” tandasnya. Pemerintah, kata dia, juga komitmen untuk selalu memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat tanpa dikotomi. Semua lapisan masyarakat mendapatkan hak yang sama memperoleh layanan dengan baik, sehingga tercapai kesejahteraan. Sementara itu, Direktur Eksekutif SETARA Institute, Ismail Hasani mengutarakan, pihaknya merupakan organisasi perkumpulan yang didirikan dengan tujuan mewujudkan masyarakat setara, plural, dan bermartabat atas semua orang. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, perhimpunan melakukan promosi, kajian, dan pendidikan publik terkait dengan pluralisme, kemanusiaan, demokrasi, hak asasi manusia dan perdamaian. ”Salah satu bentuk inisiatif SETARA Institute adalah riset IKT. Tahun 2021 merupakan publikasi ke-5 yang dilakukan setelah sebelumnya terbit pada tahun 2015, 2017, 2018, dan 2020,” ujarnya. Studi indexing yang dilaksanakan tim peneliti, lanjutnya, masih berada dalam satu rumpun research area dengan riset kondisi kebebasan beragama/berkeyakinan (KBB) di Indonesia yang sudah dilakukan sejak tahun 2007. Tujuannya untuk mempromosikan pembangunan dan pembinaan ruang-ruang toleransi di kota yang dilakukan oleh pemerintah kota setempat. ”Ruang toleransi yang dimaksud itu baik melalui tindakan aktif seperti penghapusan kebijakan diskriminatif atau pemberian izin pendirian tempat ibadah kelompok keagamaan minoritas. Kemudian tindakan pasif untuk tidak mengeluarkan kebijakan yang tidak kondusif atau restriktif,” pungkasnya. (wid)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: